Wednesday 10 April 2013

Bisnis penerbangan akan semakin 'akrab' dengan turbulensi


Bisnis penerbangan akan semakin 'akrab' dengan turbulensi

Secanggih dan semewah apapun jasa penerbangan, hal yang paling ditakutkan saat berada di udara adalah turbulensi. Kejadian tersebut sering membuat pesawat bergoyang, bahkan jika parah, bisa membuat pesawat turun dengan mendadak.

Menurut berita yang dilansir dari CNN, dua peneliti dari Inggris yaitu Paul D Williams dan Manoj M Joshi memprediksi bahwa kondisi turbulensi di ketinggian 35.000 kaki akan menjadi lebih buruk. Hal ini akan berdampak pada ongkos operasional pesawat yaitu dari bahan bakar yang dihabiskan pada saat turbulensi.

Turbulensi yang tinggi tersebut akan terjadi di udara Atlantik Utara, yaitu rute populer yang dilalui penerbangan antara Amerika Serikat dan Eropa. Hal tersebut terjadi tak lain karena krisis perubahan iklim yang terjadi di Bumi.

Menurut laporan penelitian tersebut, dengan adanya turbulensi tersebut, perjalanan akan semakin panjang dan akan menghabiskan bahan bakar yang semakin banyak. Tentu saja hal itu akan berdampak pada biaya penerbangan yang tentunya akan dibebankan kepada penumpang.

Saat ini, turbulensi telah menyebabkan kerugian hingga USD 150 juta (Rp 1,46 triliun) per tahun untuk menambal kerusakan dan gangguan lain. Williams yang merupakan dosen di Fakultas Meteorologi di Universitas Reading mengatakan bahwa terdapat kemungkinan bahwa biaya penerbangan secara keseluruhan akan naik seiring dengan turbulensi yang semakin bertambah tersebut.

Dalam penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa perubahan kandungan karbon dioksida di udara dapat menyebabkan beberapa kejadian turbulensi semakin sering. Di antaranya adalah gemuruh, goncangan dan penurunan level penerbangan yang tiba-tiba.
Sebaiknya, patuhilah perintah pramugari untuk mengencangkan sabuk pengaman saat berada di udara.

sumber : merdeka.com

No comments:

Post a Comment