Sunday 2 June 2013

PSK freelance merebak di Purwokerto, Gang Sadar kian terdesak


PSK freelance merebak di Purwokerto, Gang Sadar kian terdesak


Sebuah mobil melaju perlahan memasuki gang sempit di kawasan utara Kota Purwokerto. Kala itu malam semakin larut dan dingin mulai terasa menusuk tulang. Tak jauh dari mulut gang yang berada di pinggir Jalan Raya Baturraden, mobil berwarna metalik itu berhenti di depan bangunan berlantai dua dengan deretan kamar-kamar yang terlihat dari jalan.

Tak lama, seorang perempuan bergegas masuk ke dalam mobil yang akan membawanya menyusuri kehidupan malam di kota yang berada di kaki Gunung Slamet. Pemandangan itu, kini menjadi hal yang biasa bagi warga sekitar kosan.

Salah satu warga sekitar kosan, Koesharyanti (26) mengatakan tiap malam memang ada mobil yang keluar masuk sekedar menjemput atau mengantarkan penghuni kos perempuan tersebut. "Biasanya memang jam segini (Pukul 24.00) banyak yang masuk ke sana," ujarnya, Sabtu (31/5).

Menurut beberapa warga yang tinggal di sekitar kosan, penghuni kos tersebut kerap keluar di malam hari. Mereka menebak, kosan tersebut dihuni para pekerja seks komersil (PSK) profesional. "Banyak tetangga yang bilang penghuninya merupakan PSK kelas atas. Ada juga warga yang bilang kalau penghuni kosan itu dibiayai oleh pasangan kencannya," tuturnya.

Fenomena ini menurut Ketua Paguyuban Penghuni Gang Sadar, Papi Amir menjadi bagian yang tak terpisahkan dari prostitusi terselubung. Menurut perhitungan Amir, merebaknya kos-kosan 'khusus' tersebut sudah berjalan sekitar 2-3 tahun terakhir.

"Saat ini memang banyak kos-kosan bermunculan di tengah permukiman warga yang dihuni PSK. Menurut pengamatan saya, kos-kosan itu tersebar di beberapa desa penyangga wisata Baturraden, mulai Desa Rempoah, Karangtengah, Ketenger hingga Karangmangu," ujarnya saat ditemui di warung miliknya.

Kebanyakan para penghuni kos tersebut mengaku bekerja sebagai Pemandu Lagu (PL) di karaoke yang ada di daerah Baturraden. "Namun itu hanya kedok saja, karena selain menjadi PL mereka juga menawarkan jasa lainnya," tegasnya.

Tidak jarang, selain kos-kosan ada juga yang menyewa kamar di rumah penduduk yang ada di daerah Baturraden. Perihal ini, Amir mengaku memiliki beban moral dan merasa prihatin lantaran banyak dari keluarga tersebut memiliki anak kecil yang masih dalam masa pertumbuhan.

"Harusnya ada seleksi yang cukup ketat untuk menyewakan kamar atau kosan dari lingkungan, terutama pemerintah desa setempat. Karena nantinya, anak-anak yang dalam masa pertumbuhan bisa terpengaruh dengan mereka," jelasnya.

Dari perkiraan kasar Amin, ada sekitar 200-an Pekerja Seks Komersil (PSK) tidak terikat dengan paguyuban atau biasa disebut freelance, yang melakukan praktik prostitusi terselubung. "Biasanya mereka ada yang dikoordinir mamih atau 'dikaryakan' oleh pasangannya untuk bekerja di luar Gang Sadar, seperti diskotik dan tempat karaoke. Biasanya sebagai PL atau pelayan," ujarnya.

Tidak hanya masyarakat umum, keberadaan PSK terselubung meresahkan bagi Amir. Diakuinya, selama ini mereka yang bekerja freelance di luar Gang Sadar selalu meninggikan harga mereka. "Mereka (freelance) selalu bilang kalau harga mereka Rp 250 ribu ke atas untuk short time," kata Amir.

Akibatnya, banyak penghuni Gang Sadar yang memilih jalur freelance dan dampak lainnya, jumlah pengunjung Gang Sadar menurun hingga mendekati angka 50 persen. Tetapi, pada kenyataannya yang memilih jalur tersebut tidak berbuah manis seperti yang didambakan.

"Banyak eks-GS yang mengaku kepada saya, kalau mereka harus menjajakan diri hingga mencari pelanggan sendiri dan hasilnya juga tidak menutup kebutuhan hidup sehari-hari. Bahkan para pelanggan ada yang mengeluh karena memakai jasa di luar Gang Sadar," paparnya.

Persoalan prostitusi terselubung di Baturraden, juga berdampak pada image masyarakat yang menganggap semua PSK berasal dari daerah lokalisasi Gang Sadar. Amir mengungkapkan, ada perbedaan mendasar antara PSK dari lokalisasi dengan yang freelance dalam segi cara berpakaian.

"Dari segi berpakaian juga sudah terlihat berbeda. Banyak PSK freelance hanya mengenakan hot pants dan tank top saat berada di tengah masyarakat. Tetapi di masyarakat binaan saya, mereka diwajibkan untuk menghargai lingkungan masyarakat dengan berpakaian sewajarnya jika berada di luar GS," ucapnya.

Selain persoalan tersebut, Amir juga mengungkapkan adanya anak dibawah umur yang menjadi PSK di luar lokalisasi. Fenomena 'kimcil' tersebut, sudah mulai merebak beberapa tahun terakhir. Para kimcil tersebut, menurutnya rata-rata berasal dari luar Baturraden.

"Sebenarnya saat ini juga mulai merebak anak-anak usia SMP-SMA yang juga menjadi PSK dan itu terang-terangan. Ada dari mereka yang menggunakan jasa makelar dan juga freelance. Mereka ada yang berasal dari Purbalingga dan Banjarnegara atau daerah lain di luar Baturraden," jelasnya.

Tetapi, menurutnya sorotan kerap kali ditujukan pada daerah lokalisasi Gang Sadar terkait soal anak-anak dibawah umur yang menjadi PSK. "Kalau di lokalisasi ada anak di bawah umur yang masuk pasti aparat sangat cepat bertindak. Tetapi kenyataannya, banyak dari anak-anak usia tersebut beroperasi di luar Gang Sadar," keluhnya.

Prostitusi terselubung beberapa waktu lalu sempat mencuat di kalangan warga yang menolak kos-kosan di tengah permukiman. Salah satu penolakan tersebut dikemukakan dari salah satu warga Desa Karangmangu, Makruf (46). Dia mengaku sangat terganggu dengan keberadaan kos-kosan yang membuat tidak nyaman kehidupan warga.

"Bayangkan saja, mulai malam sekitar jam 9 hingga jam 3 pagi banyak mobil lalu lalang untuk antar-jemput mereka dan melewati jalan permukiman. Kami berharap ada ketegasan dari pemerintah desa untuk menyikapi persoalan ini, karena sudah sangat mengganggu kami," ucapnya.

Masalah itu juga mendapat sorotan bagi pelaku wisata di Baturraden. Tekad Santoso, pegiat di Paguyuban Masyarakat Baturraden (PMPB), mengaku risih lantaran banyak pelancong yang datang kerap mengidentikan Baturraden dengan wisata birahi.

"Sebenarnya persoalan ini sudah lama terjadi, walau sebenarnya hampir di setiap tempat wisata ada lokalisasi seperti Gang Sadar. Tetapi, kami meminta ada upaya juga dari pemerintah untuk bertindak tegas dalam persoalan ini," ucapnya.
http://www.merdeka.com

1 comment: