istana batu tulis. ©2013 Merdeka.com
Bangunan itu memang tampak misterius. Rumah dikelilingi tembok bercat
putih setinggi 1,5 meter, dengan pagar besi renggang-renggang. Dari
luar, rumah ditutupi rindang daun bunga dan rupa-rupa tumbuhan lain,
termasuk aneka pepohonan. Itulah rumah peristirahatan Presiden Soekarno,
Istana Batu Tulis.
Lokasi Istana Batu Tulis memang strategis,
mudah dijangkau dari pusat Kota Bogor, Jawa Barat. Istana ini berjarak
sekitar 2 kilometer dari Istana Bogor. Nama lain istana tempat
peristirahatan Presiden Soekarno ini adalah Hing Puri Bima Sakti,
terletak di Jalan Batu Tulis, Kelurahan Batu Tulis, Bogor Selatan.
Konon,
Soekarno sang proklamator, sebelum meninggal menghendaki Istana Batu
Tulis dijadikan makam ketika dia mangkat. Namun entah apa alasan
pemerintahan Presiden Soeharto mengeluarkan Keppres RI Nomor 44 Tahun
1970 yang memilih Kota Blitar, Jawa Timur, sebagai tempat pemakaman Bung
Karno.
Orang Bogor, terutama yang tinggal di sekitar Istana Batu
Tulis, hanya tahu dulu bangunan itu sempat dijadikan sebagai rumah
peristirahatan Bung Karno, seperti istana lain di Indonesia. Misalnya
Istana Bogor, Istana Cipanas, Cianjur maupun Istana Merdeka Jakarta.
"Seumur
hidup saya, sebagai warga asli Bogor yang tinggal di sekitar Istana
Batu Tuli, saya baru pertama kali masuk ke dalam, itupun hanya
melihat-lihat di halaman yang masih jauh dengan bangunan-bangunan," kata
Mang Eman, 56, warga Kelurahan Batu Tulis, yang berjualan pisang ditepi
pagar Istana Batu Tulis, Kamis (20/6) pagi.
Istana Batu Tulis kini sudah menjadi milik keluarga Soekarno. Menurut
Eman, sudah tidak ada lagi saksi mata dari warga kampung yang bisa
menceritakan detail ihwal aktivitas Soekarno di istana itu. Hanya
orang-orang tua yang bisa bercerita, tapi semuanya sudah meninggal.
Dia sendiri penasaran dengan istana itu. Suatu hari Eman pernah
hendak menyelinap masuk ke rumah. Namun apes, belum sampai masuk, dia
sudah ditegur penjaga istana.
Sulaeman, 61, warga lain
menyesalkan sikap tertutup penjaga keamanan istana. Padahal sebenarnya
warga ingin sekali mengetahui area bangunan yang mungkin menjadi
petilasan Bung Karno. "Saya saja asli sini lebih sering mengunjungi
makam Bung Karno di Blitar. Sudah hampir 16 kali saya ke Blitar. Tapi
kalau ke Istana Batu Tulis cuma sekali, itupun tidak ke dalam," katanya.
Ketatnya
penjagaan di area Batu Tulis ditunjukan petugas keamanan saat
merdeka.com meminta izin mengetahui suasana di dalam. "Harus ada izin
dulu dari Bu Mega," kata salah satu penjaga istana.
Istana Batu
Tulis ini letaknya persis berseberangan dengan lokasi situs Batu Tulis
yang sempat heboh karena Menteri Agama era Presiden Andurrahman Wahid
alias Gus Dur, pernah secara diam-diam menggali tanah di area prasasti
itu untuk mencari harta karun terpendam.
Sulaeman melanjutkan,
banyak cerita aneh dituturkan orang-orang tua zaman dulu soal kondisi
istana. Konon, di dalam istana terdapat hutan kecil atau perkebunan yang
dipenuhi pepohonan buah-buahan, mulai dari buah kemang, pala, gandaria,
kecapi dan pepohonan lainnya sejenis pohon sengon.
Didalam area
Istana Batu Tulis juga terdapat kolam ikan seluas 10 x 5 meter. Di tepi
kolam itu terdapat patung wanita tanpa busana. Tak jauh dari kolam juga
terdapat patung dua rusa tutul. "Di dalam kolam itu, kata orang tua saya
sempat ada ular besar, bahkan pada malam hari sering terdengar suara
binatang seperti buaya bermain air," katanya.
Tak hanya itu, tak
sedikit warga sekitar Batu Tulis mempercayai Bung Karno masih hidup.
"Kejadiannya sekitar 7 tahun lalu, aspal di depan pintu masuk utama
istana amblas berbentuk telapak kaki, saya dan warga sekitar kaget dan
menilai ini adalah kaki Bung Karno, tapi percaya nggak percaya kang,"
kata mang Eman.
Ia juga mempertanyakan ketatnya penjagaan dan
tertutupnya pagar Istana. Ada kesan istana menyimpan misteri barang
berharga atau harta karun. "Kata orang tua dulu, harta karun atau barang
berharga yang ada di dalam Istana Batu Tulis bisa membeli Kota Bogor,"
terangnya.
Maka dari itu, menurut dia wajar bila istana ditutup.
Sebab di sana diduga banyak barang berharga milik Bung Karno yang
jumlahnya tak ternilai.
Sementara itu, juru kunci Prasasti Batu
Tulis Ibu Maemunah, 75, mengaku tidak mengetahui persis sejarah istana
yang tak jauh dari kediamannya itu. "Wah saya kurang tahu, yang tahu
mungkin orang-orang tua dulu," ujarnya saat ditemui di situs dan
prasasti Batu Tulis.
Sementara itu berdasarkan literatur sejarah
Bogor, asal muasal pembangunan istana ini ternyata lebih dekat kaitannya
dengan meletusnya Gunung Salak. Letusan itu mendorong Belanda mengirim
Van Riebeeck peneliti gunung atau vulkanologi untuk melakukan penelitian
dampak letusan.
Gunung Salak meletus malam hari tanggal 4-5
Januari 1699. Gunung itu meletus diiringi gempa bumi dahsyat. Sebuah
catatan tahun 1702 menggambarkan dataran tinggi antara Batavia dengan
Cisadane di belakang bekas keraton raja-raja yang disebut Pakuan,
berubah menjadi lapangan luas dan terbuka tanpa pepohonan sama sekali.
Sedemikian
dahsyatnya letusan Gunung Salak, sehingga aliran Ciliwung dekat
muaranya tersumbat sepanjang beberapa ratus meter akibat tertutup lumpur
letusan Gunung. Tidak ada berita mengenai nasib penduduk sepanjang
aliran Ciliwung waktu itu.
Namun demikian, pada 1701 penduduk
Kampung Baru diceritakan masih dapat mengantar Ram & Coops ahli
vulkanologi Belanda itu. Ini berarti letusan Gunung Salak tidak sampai
memusnahkan penduduk Bogor. Sayang Abraham van Riebeeck tidak membuat
catatan apa-apa mengenai akibat letusan itu.
Tetapi, untuk
menunjukkan bahwa kehidupan penduduk masih ada di Bogor, Van Riebeeck
mendirikan Istana Batu Tulis. Pendirian itu sekaligus sebagai tanda
bahwa Gunung Salak tidak menakutkan lagi. Istana yang dibangun tahun
1704 oleh Van Riebeeck selanjutnya menjadi pondok peristirahatan
Soekarno, Istana Batu Tulis.
http://www.merdeka.com