Friday, 10 May 2013

Persatuan rakyat Malaysia palsu


Persatuan rakyat Malaysia palsu
Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad saat berkampanye buat Barisan Nasional di Kampung Putat, Jerlun, Negara Bagian Kedah, Sabtu (4/5). (merdeka.com)


Sentimen antar etnis di Malaysia terus terpelihara sejak negara itu terbentuk 56 tahun lalu. pemerintah dianggap bertindak diskriminatif.

Rezim Barisan Nasional berkuasa sejak negara jiran ini merdeka pada 1957 dipandang lebih mengistimewakan etnis Melayu yang dominan (60 persen dari sekitar 26 juta penduduk Malaysia). Ini menimbulkan kecemburuan bagi warga keturunan China dan India. Sebab itu, gesekan kerap terjadi. Paling mutakhir adalah pertikaian soal pemakaian nama Allah dalam kitab Injil berbahasa Melayu. Kaum Melayu menolak hal itu.

Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad pun mengakui tidak persatuan sejati di antara kayat Malaysia. "Di antara kaum memang tidak ada perpaduan sebenarnya," kata Mahathir saat ditemui Selasa lalu di ruang kerjanya, Perdana leadership Foundation, Putrajaya.

Berikut penuturan Mahathir menjawab pertanyaan-pertanyaan diajukan Faisal Assegaf dari merdeka.com.

Dengan naiknya perolehan suara DAP, apakah China sudah menjadi ancaman bagi dominasi kaum Melayu?

Memanglah. Saya telah berkata semasa berkampanye bila DAP memperkenalkan slogan Malaysia Malaysia dicipta PAP dari Singapura dulu, ini bermakna mereka anti-Melayu. Karena secara tidak langsung menuduh Malaysia hanya dimiliki oleh orang Melayu. Jadi pendekatan DAP ialah untuk membagi perasaan kebencian di kalangan orang China terhadap orang Melayu.

Jelas sekali, pendekatan ini berjaya. Sehingga banyak orang China dulu memihak Barisan Nasional, (sekarang) menolak Barisan Nasional.

Kenapa Anda mengkhawatirkan kebangkitan orang China dan India. Bukankah sentimen antar etnis ini terjadi lantaran UMNO menganggap Melayu warga negara kelas wahid?

Itu bacaan orang asing, sebenarnya UMNO tidak perkauman (tidak berdasarkan kaum Melayu). Jika perkauman, dari awal kaum Melayu akan berjaya sendiri, terutama di masa kita belum membagi kerakyatan (kewarganegaraan) kepada kaum China. Kita menjadi mayoritas, Melayu berjumlah 80 persen dari rakyat Malaysia.

Tetapi UMNO berpendapat kita harus kongsi kuasa. Untuk ini, kita bersetuju supaya partai-partai kauman bergabung dalam satu koalisi. Sudah tentu ini bermakna kita terima kehadiran mereka dan pentingnya kita berkongsi kuasa dengan mereka. Di masa yang sama, zaman perdana menteri pertama

Tengku Abdul Rahman, dia membagi kerakyatan kepada orang China dan India tidak layak sebanyak satu juta. Masa itu penduduk Malaysia enam juta saja. Ini menurunkan persentase Melayu dari 80 menjadi 60, melemahkan kita. Kita sanggup berbuat demikian karena percaya Malaysia sebagai negara banyak etnis, kita perlu berkongsi kuasa dan berkongsi kekayaan negara. Itu sebenarnya berlaku. Kita dalam UMNO tidak perkauman, kita utamakan kerja sama dengan kaum-kaum lain.

Persatuan di Malaysia dianggap semu karena sentimen antar etnis tetap terpelihara. Bagaimana menurut Anda?

Di antara kaum memang tidak ada perpaduan sebenarnya. Tetapi dari asas kenyamanan politik, masing-masing memandang tidak hendak mengukuhkan identitas mereka. Maka cara kita bekerja sama dengan cara menaikkan identitas masing-masing dan merancang kerja sama untuk kebaikan semua.

Apakah hak istimewa kaum Melayu harus dicabut agar tercipta keadilan dengan etnis minoritas?

Sama rata akan ada kalau kedua pihak setuju supaya hak istimewa masing-masing digugurkan. Yang disebut selalu oleh semua pihak, terutama media asing, tentang hak istimewa Melayu, tetapi hak istimewa orang China dan India tak disebut. Apa hak istimewa mereka? Sebenarnya pendatang asing bila menjadi warga negara, mereka menggugurkan identitas negara asal mereka. Umpamanya, Einsehower adalah orang Jerman, dia tidak sebut saya Jerman-Amerika.

Tetapi di sini, orang-orang China dan India masih ingin kekalkan identitas mereka dengan negara asal. Mereka mengekalkan bahasa dan sekolah-sekolah mereka. Mereka mendesak pemerintah membiayai sekolah-sekolah mereka tidak menggunakan bahasa kebangsaan (Melayu). Ini adalah keistimewaan kita beri kepada mereka. Ini berarti mereka tidak hendak berasimilasi.

Di Indonesia mereka berasimilasi. Orang keturunan China atau Arab, mereka berbahasa Indonesia. Mereka adalah orang Indonesia, tidak tahu bahasa nenek moyang mereka.

Berarti warga keturunan China dan India di sini tidak benar-benar setia terhadap Malaysia?

Itu kita terima sebagai hakikat. Mereka ingin kekalkan identitas mereka, itu sebuah keistimewaan bagi mereka. Di satu pihak, ada keistimewaan bagi kaum bumiputera (Melayu), di pihak kaum pendatang (China dan India) ada keistimewaan juga. Kalau hendak digugurkan hak istimewa Melayu, keistimewaan mereka juga mesti dicabut. Tetapi mereka tidak setuju untuk menggugurkan hak istimewa mereka, sebab itu kita tidak boleh menggugurkan hak istimewa bumiputera.
http://www.merdeka.com

No comments:

Post a Comment